Karakteristik Biopelet Dari Campuran Limbah Kelapa Muda Dengan Bottom Ash Menggunakan Getah Pinus Sebagai Perekat
Abstract
Lebih kecil dari briket, biopellet merupakan bahan bakar padat yang dihasilkan dari limbah biomassa. Sampah organik yang banyak berakhir di pantai-pantai kawasan pesisir Lhokseumawe adalah limbah kelapa muda, sedangkan bottom ash merupakan sisa abu boiler dari saat PT. Blang ketumbar sempat beroperasi namun sudah tidak digunakan lagi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi pembuatan biopellet dalam konteks limbah abu ampas kelapa muda dengan menggunakan lem resin pinus. Pembuatan biopellet dilakukan dengan menggabungkan berbagai perbandingan antara sampah kelapa muda dan abu dasar, seperti 100:0, 75:25, 50:50, 25:75, atau 0:100, dengan lem resin pinus. Persentase perekatan campuran mungkin 10%, 20%, atau 30%. Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai kalor biopellet, massa jenis, laju pembakaran, kadar air, kadar abu, bahan mudah menguap, dan karbon tetap. Meskipun penelitian serupa telah dilakukan di masa lalu, belum ada yang menggunakan kombinasi abu dasar, yang merupakan produk sampingan pembakaran boiler, dan resin pinus. Penelitian ini menemukan bahwa biopellet terbaik dibuat dari bahan kompos yang mengandung 100% ampas kelapa muda dan memiliki kandungan perekat 10%. Kompos juga mengandung bahan-bahan lain sebagai berikut: 2,94% air, 1,40% abu, 16,44% bahan mudah menguap, 79,22% karbon tetap, massa jenis 1,238 gr/cm3, laju pembakaran 0,007 gr/s, dan nilai kalor 6,132 kal/gr. Temuan biopellet dengan nilai kalor minimal 4.000 kal/gr memenuhi persyaratan SNI 8021:2014.